LEMBAH HARAU “The Hidden Paradise” Membangun Keindahan Bersama Masyarakat

 The World is a book, and those who do not travel read only a page (Augustine)

Kunjungilah tempat-tempat yang baru, jelajahi dunia dengan lebih luas, kenali kebudayaan  lokal dan cobalah berinteraksi dengan bahasa mereka, hal ini akan membawa  pemahaman baru betapa beragamnya dunia ini. Perjalanan ke tempat baru adalah sebuah proses pendewasaan untuk melihat dunia yang lebih berwarna.  Begitu juga dengan  Indonesia memiliki beragam keindahan tak terkecuali Sumatera Barat. Sebagai salah satu pulau besar di Indonesia, Sumatera Barat memiliki tanah yang subur dan keindahan alam serta budaya yang patut untuk kunjungi. Salah satu keindahan yang dihadiahkan Tuhan untuk tanah tercinta ini adalah sebuah Lembah nan eksotis yang berada diantara pagar-pagar tebing kokoh yang menjulang tinggi ke langit Sumatera di kota Payakumbuh yaitu Lembah Harau.

Gambaran Wilayah Lembah Harau

Pagar alam ciptaan Tuhan
                  Pagar alam ciptaan Tuhan “Lembah Harau”                                               Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2015 

Lembah ini sudah tidak asing lagi bagi penikmat keindahan bebatuan alam dan olahraga ekstrim panjat tebing. Lembah harau merupakan sebuah ngarai dekat kota Payakumbuh di kabupaten Limapuluh Koto, provinsi Sumatera Barat. Lembah Harau diapit dua bukit cadas terjal. Lembah Harau dilingkungi batu pasir yang terjal berwarna-warni, dengan ketinggian 100 sampai 500 meter. Topografi Cagar Alam Harau adalah berbukit-bukit dan bergelombang. Jika melihat dari arah bawah lembah, akan tampak seolah tebing-tebingnya meruncing menembus langit Sumatera. Berikut Peta Lembah Harau sebagai salah satu Wilayah Tujuan Wisata (WTW):

Wilayah Tujuan Wisata III
Wilayah Tujuan Wisata III di Sumatera Barat

Daya tarik wisata Lembah Harau merupakan salah satu dari 189 objek wisata yang ada di Kabupaten Lima Puluh Kota, dimana Lembah Harau ini adalah objek wisata unggulan daerah dan berada pada wilayah tujuan wisata (WTW) III pengembangan objek wisata Kabupaten Lima Puluh Kota. Pada tahun 2005, objek wisata Lembah Harau sudah ditetapkan sebagai objek wisata unggulan (Red Carvet Area) Propinsi Sumatera Barat.

Legenda Dibalik Kokohnya Lembah Harau

Dibalik estetika tebing yang membentengi kawasan lembah harau banyak cerita rakyat muncul sebagai asal-usul tempat ini. Konon, dahulu lembah harau merupakan sebuah lautan dimana diatasnya  berdiri sebuah kerajaan yang dihuni oleh seorang raja dan putri kesayanganya yaitu sari Banilai. Singkat cerita si putri ingkar janji kepada tunangannya untuk sehidup semati namun sang putri lebih memilih menikah dengan pria pilihan ayahnya. Beberapa tahun kemudian anak putri Banilai menjatuhkan perahu mainan ke dalam laut dan sang putri mencoba mencari perahu mainan tersebut di laut, namun air laut segera akan melahapnya. Ia berdoa agar air laut surut. seketika ia berubah menjadi batu bersama surutnya air laut maka terbentuk lembah diantara dua tebing dari batu pasir merah dengan kemiringan 90 derajat.

Tebing dengan kemiringan 90 derajat
                   Tebing dengan kemiringan 90 derajat                                         Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2015

Percaya atau tidak, proses terbentuknya lembah harau juga dapat dijelaskan secara teoritis  berdasarkan hasil survey tim geologi asal jerman tahun 1980 menyatakan bahwa batuan perbukitan yang terdapat di lembah harau adalah batuan Breksi dan Konglomerat. Batuan ini umumnya terdapat di dasar laut. Bebatuan di Lembah Harau ini sudah berumur 30 hingga 40 juta tahun.

Terlepas dari berbagai cerita dibalik eksotisnya lembah harau penulis akan mengajak pembaca menjelajahi Lembah Harau mengenai potensi daya tarik wisata dan partisipasi masyarakat Lembah Harau dalam kegiatan pariwisata. Inspirasi tulisan ini muncul ketika Rahmi “bisa dibilang teman curhat” menceritakan pengalamannya berwisata di lembah harau baru-baru ini dan mengingatkan Penulis kenangan berwisata di lembah nan eksotis ini. Grazie Rahmi ♠

Penulis juga berterima kasih kepada Dosen Mata Kuliah Community Based Tourism atas bimbingannya selama menyelesaikan kuliah ini karena akhirnya penulis bisa menghasilkan blog ini. Terima kasih buk…♥

Potensi Alami Lembah Harau

Teman Penulis (di kolam air terjun Lembah Harau)
         Rahmi (di kolam air terjun Lembah Harau)                          Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2015
Monyet hutan di dalam kawasan Lembah Harau
Monyet hutan di dalam kawasan Lembah Harau              Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2015

Selain keanekaragaman hewan, hayati, cagar alam Lembah Harau yang terletak sekitar 15 km kearah Timur Kota Payakumbuh, juga memiliki potensi wisata yang sangat menakjubkan. Keberadaan air terjun dengan sungai-sungai yang jernih dan pemandangan alam yang asri dengan sawah-sawah penduduk yang berjejer adalah daya tarik tersendiri yang memberi nilai tambah terhadap keindahan dan keunikan cagar alam Lembah Harau ini. Sehingga wajar kiranya Pemda Kabupaten Lima Puluh Kota menetapkan Lembah Harau sebagai objek wisata andalan dan utama di daerah ini.

Tabel: Potensi Alam di Lembah Harau

No Area Daya Tarik Wisata
Kawasan Aka Berayun
1 Tebing Goa Tebing, Lembah
2 Echo Tebing
3 Liang Limbek Tebing, Lembah
4 Panorama Tebing
5 Aka Berayun Tebing, Air Terjun
6 Ngalau Amu Tebing
Kawasan Sarasah Bunta
1 Sarasah Rupih Air Terjun
2 Air Lulus Air Terjun, Tebing
3 Sarasah Bunta Air Terjun, Tebing
4 Sarasah Murai Air Terjun, Tebing

Sumber: Tim Unit Konservasi Sumber Daya Alam Sumatera Barat, 2000

Budaya dan kehidupan masyarakat setempat juga merupakan daya tarik bagi wisatawan karena mereka masih menjaga norma adat dan budaya. Namun tidak banyak kegiatan wisata yang melibatkan partisipasi masyarakat secara aktif. Hal ini dapat dilihat pada  kegiatan wisata yang ada pada saat ini hanya melibatkan wisatawan seperti berpiknik, berenang, berkemah, dan panjat tebing. Untuk kegiatan berpiknik dan berenang telah dialokasikan pada kawasan Aka Barayun, Air Lulus, Sarasah Bunta, dan Sarasah Murai. Untuk kegiatan berkemah telah dialokasikan pada kawasan Sarasah Murai.

          Air Terjun Lembah Harau                Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2015
Bersepeda di antara persawahan masyarakat
                           Bersepeda di antara persawahan masyarakat                                                                                       Sumber: 1001wisata.com
Berenang di kolam pemandian air terjun
Berenang di kolam pemandian air terjun                                Sumber: 1001wisata.com

Potensi keindahan alam bisa ditemukan di Sarasah Aie Luluih air mengalir melewati dinding batu dan dibawahnya mempunyai kolam tempat mandi alami yang asri, dari cerita dari orang tua-tua dulu, ada kepercayaan mandi atau membasuh muka di sarasah aie luluih dapat mengobati jerawat dan muka akan terlihat cantik dan awet muda. Sarasah Bunta dimana sarasah ini mempunyai air terjunnya yang berunta-unta indah seperti bidadari yang sedang mandi. Sarasah Murai, pada sarasah ini sering pada siangnya burung murai mandi sambil memadu kasih.

Kegiatan Panjat Tebing
             Kegiatan Panjat Tebing                           Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2015
Air Terjun mengalir deras di celah-celah tebing
Melihat Air Terjun mengalir deras di  antara celah-celah tebing                                          Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2015
Signage kawasan Echo
              Signage di kawasan Echo                                 Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2015
Titik Echo yang memiliki gaung diseluruh Penjuru Harau
  Titik Echo yang memiliki gaung  diseluruh Penjuru Harau                   Sumber:  Dokumentasi Pribadi, 2015

Lembah Harau, disamping mempunyai air terjun yang mempesona. Pagar tebing cadas yang curam tegak mengelilingi lembah dengan 300 titik pendakian. Di sinilah para pemanjat seperti menemukan surganya. Tebing itu menjadi tantangan tersendiri bagi pemanjat untuk menaklukkannya. Tak salah rasanya jika Lembah Harau menjadi surga bagi pecinta panjat tebing. Para pemanjat menjuluki lembah ini sebagai Yosemite-nya Indonesia. Untuk kegiatan panjat tebing telah dialokasikan pada kawasan Aka Barayun dan titik echo (gaung).  

Untuk menuju kawasan ini tidak begitu sulit karena akses ke sana sudah cukup baik, aksesibilitas menuju lembah Harau:

Aksesibilitas Menuju Lembah Harau

Untuk mencapai destinasi wisata ini tidaklah sulit, karena akses baik transportasi dan infrastruktur jalan cukup memadai. Berdasarkan klasifikasi jalannya, kawasan ini dilalui jalan provinsi, jalan kabupaten, jalan desa dan jalan setapak. Dari pulau jawa, kita dapat melalui jalur darat maupun udara ke Kota Padang. Selanjutnya melanjutkan perjalanan ke Bukit Tinggi sekitar 1,5-2 jam memakai shuttle menuju  terminal aur kuning Bukit Tinggi. Di terminal Aur lanjutkan perjalanan dengan menggunakan bus pekanbaru yang melewati Harau (Payakumbuh) dengan perjalanan kurang lebih 1,5 jam. Berikut jarak Desa Penyangga ke Ibukota Kecamatan, Kabupaten dan Provinsi:

Tabel : Jarak Desa Penyangga ke Ibukota Kecamatan, Kabupaten dan Provinsi

No Nama Desa Jarak Ke Ibukota (km)
Kecamatan Kabupaten Propinsi
1 Harau 14 19 143
2 Tarantang Lubuak Limpato 9 14 137

Sumber: Tim Unit Konservasi Sumber Daya Alam Sumatera Barat, 2000

Wisatawan bisa bertanya kepada penduduk maupun supir bus yang ada di terminal bila mendapati kendala karena mereka sangat ramah dengan para pendatang terutama wisatawan. Bus akan memberhentikan penumpang di depan pintu masuk Harau. Dari sana kita harus menaiki becak motor (bentor) untuk menuju ke dalam kawasan harau.

Jalan di dalam Kawasan Lembah Harau
           Jalan di dalam Kawasan Lembah Harau                             Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2015

Harga bentor cukup terjangkau yaitu sekitar Rp. 10.000-Rp.20.000. Sembari berbincang dengan pengemudi bentor mengenai akomodasi dan spot-spot menarik di Harau kita seolah berada di gerbang surga dengan pagar berupa dinding-dinding alam yang menjulang ke langit. Bentor ini hanya dapat kita temui di gerbang harau, jadi jika kita ingin mengelilingi harau harus menyewa terlebih dahulu. Terkadang akses internal di dalam kawasan Harau menjadi kendala untuk menelusuri setiap daya tarik wisata yang letaknya cukup berjauhan jika berjalan kaki.

Jembatan yang menghubungkan spot-spot wisata
         Jembatan yang menghubungkan spot-spot wisata                              Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2015

Dalam melibatkan partisipasi masyarakat dalam kegiatan pariwisata, penulis berpikir akan lebih baik jika transportasi di dalam kawasan bisa dicapai dengan mudah dan tentunya ramah lingkungan sehingga tidak menimbulkan polusi. Delman dapat menjadi salah satu alternatif transportasi, disamping ramah lingkungan transportasi tradisional ini juga dapat melibatkan warga lokal secara aktif dalam kegiatan pariwisata. Warga dapat membuat paket wisata berkeliling desa menggunakan moda transportasi Delman. Paket harus dibuat semenarik mungkin seperti eksplorasi penjelajahan desa Harau dan Tarantang Lubuak Limpato sekaligus mengunjungi spot-spot wisata di Lembah Harau. Selain itu sangat perlu memanfaatkan budaya lokal dalam penawaran paket wisata, dengan menyuguhkan wisatawan keunikan tradisi dan budaya masyarakat setempat, kesenian dan kerajinan rakyat, serta metode sistem pertanian tradisional.

Akomodasi dan Usaha Warga

Hampir sebahagian penduduk di sekitar kawasan Cagar Alam Lembah Harau memiliki rumah dengan status milik sendiri. Sangat sedikit sekali warga masyarakat yang berkecimpung di dunia pariwisata terutama dalam pengelolaan akomodasi wisata. Salah satu optimalisasi potensi wisata disini adalah dengan menyediakan akomodasi berupa guess house yang dimiliki warga.

Homestay kayu di dalam kawasan Lembah Harau
Homestay kayu di dalam kawasan Lembah Harau                    Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2015
Wisatawan Mancanegara di Homestay Lembah Harau
Wisatawan Mancanegara di Homestay Lembah Harau                Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2015

Biasanya saat momen liburan, homestay disini akan dipenuhi wisatawan terutama yang berasal dari mancanegara sehingga pada hari-hari besar tersebut biasanya akan kesulitan mencari penginapan. Penginapan disini sangat tradisional dan unik khas sumatera barat dilengkapi dengan gonjong (berbentuk tanduk kerbau) di atap. Material rumah masih terbuat dari kayu bahkan perabotan rumah sangat khas minang kabau. Kondisi Homestay cukup bersih. Kamar mandi menggunakan air pancuran yang berasal dari air terjun Lembah Harau sehingga airnya sangat segar khas pegunungan. 

Kuliner khas Minang yang disediakan Pemilik Homestay
Kuliner khas Minang yang disediakan Pemilik Homestay                  Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2015
Nasi goreng dan mie untuk sarapan pagi
             Nasi goreng dan mie untuk sarapan pagi                             Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2015

Untuk mempertahankan suasana pedesaan yang masih asli, maka sarana akomodasi yang disediakan berupa pondok-pondok penginapan (home stay). Tipe homestay bervariasi mulai dari harga dari yang paling mahal sekitar Rp. 1000.000 bahkan homestay termurah disini harganya hanya Rp. 100.000,-  dilengkapi dengan makan pagi dan makan siang. Makanan disesuaikan dengan masakan pemilik homestay

Sayangnya akomodasi yang ada di dalam kawasan hanya dikelola oleh orang-orang tertentu saja. Warga lokal belum memanfaatkan rumah mereka untuk dijadikan Homestay dan hanya sedikit warga yang menyadari potensi.  Agar dapat membuka peluang bagi partisipasi masyarakat secara merata, ada baiknya jika masyarakat memanfaatkan rumah yang ditinggalinya sebagai homestay. Dengan tinggal bersama masyarakat, wisatawan dapat terlibat langsung dalam aktivitas kehidupan masyarakat sehari-hari.

Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat

Kawasan Lembah Harau terletak pada dua desa, yaitu Desa Tarantang Lubuak Limpato dan Desa Harau. Mata pencaharian masyarakat yang berada disekitar kawasan lembah harau didominasi agraris yaitu bertani, dikarenakan peruntukan lahan di kawasan ini merupakan lahan pertanian. Dengan jumlah penduduk 175.984 orang pada tahun 2010, jumlah penduduk miskin  36.500 jiwa. Hal ini menunjukkan bahwa masih banyak masyarakat yang berada digaris kemiskinan, padahal jika dilihat dari potensi yang dimiliki, kawasan ini dikarunia oleh sumber daya alam dan budaya yang sangat kaya. Berikut jumlah penduduk kabupaten lima puluh kota :

Tabel: Jumlah Penduduk Kab. Lima Puluh Kota

  1990 2000 2010
Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan
LIMA PULUH KOTA 144,236 153,02 152,86 159,444 172,571 175,984

Sumber: sumbar.bps.go.id

Kab/Kota Jumlah Penduduk Miskin (dalam ribuan)
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Lima Puluh Kota 46.100 34.400 31.120 36.500 35.190 31.900 29.950

Sumber: sumbar.bps.go.id

warung-warung warga  di dalam Kawasan Lembah Harau
warung-warung warga di dalam Kawasan Lembah Harau                    Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2015

masyarakat mencari penghasilan tambahan dengan cara berjualan di sekitar kawasan Lembah Harau, seperti menjual makanan, minuman, dan souvenir seperti tanaman kantung beruk. Tanaman ini diambil langsung oleh warga lokal di hutan lembah harau. Disamping itu warga juga menjual mie rebus/goreng (cara konvensional) tanpa menciptakan unsur kreatif yang bisa memberikan nilai tambah bagi penghasilan mereka.  Jika masyarakat cukup jeli melihat potensi wisata terutama dibidang agraris, maka bisa saja dibuat paket wisata yang akan meningkatkan kepedulian wisatawan dan masyarakat  akan pentingnya pelestarian dan pemeliharaan sumber-sumber daya alam, terutama yang berada di Lembah Harau. Para wisatawan dapat langsung merasakan bagaimana rasanya berinteraksi dengan alam di areal pertanian.

Souvenir tanaman Kantung Beruk
           Souvenir tanaman Kantung Beruk                                  Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2015

Beberapa usaha partisipasi masyarakat dalam memanfaatkan SDA yang ada adalah dengan membuat souvenir tanaman Kantung semar (Kantung Beruk: oleh Masyarakat sekitar).

Gazebo menghadap ke Air Terjun
                     Gazebo menghadap ke Air Terjun                                             Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2015
Musholla berarsitektur tradisional di Lembah Harau
Musholla berarsitektur tradisional di Lembah Harau                Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2015

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lima Puluh Kota telah membangun fasilitas wisata untuk menarik wisatawan seperti  gerbang masuk, pondok wisata, kolam renang, taman bermain anak, sepeda air, gazebo, kios makanan/souvenir, toilet/kamarganti, mushola, parkir. Dibeberapa lokasi terdapat beberapa kawasan yang termasuk kedalam Kawasan Cagar Alam Lembah Harau sehingga tidak boleh dikembangkan dengan tujuan konservasi.

Keberadaan Mitos dalam Pelestarian Lingkungan

Lembah Harau
                                            Lembah Harau                                                                                     Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2015

Alam takambang jadi guru adalah pepatah yang berasal dari Minangkabau. Secara sederhana, dapat diartikan agar kita belajar kepada alam dan berbagai fenomenanya yang senantiasa mengabarkan sebuah kearifan. Alam merupakan tempat hidup dan sumber kehidupan Manusia. Maka dari itu manusia seharusnya mamanfaatkan alam semaksimal mungkin dengan memperhatikan kelestariannya.

Falsafah diatas masih diterapkan di bumi minang tak terkecuali di Lembah Harau. Hal ini terbukti dari adat istiadat dan kepercayaan masyarakat yang masih memperhatikan alam. Tidak hanya memanfaatkan potensi alam, namun berbagai atraksi, akomodasi yang ada di lembah  harau masih dipertahankan keasliannya. Kalau diperhatikan sistem atau cara kelompok masyarakat adat dalam upaya memanfaatkan dan mengelola sumber daya alam masih terdapat cara yang dilakukan dengan tata krama adat, religius maupun pantangan-pantangan yang disepakati komunitas masyarakat tersebut. Sistem tersebut dinamakan sistem tradisional.

Selain untuk menjaga keberlanjutan sosial budaya disisi lain masyarakat turut menjaga lingkungan dengan menjaga mitos yang telah ada di daerah tersebut. Mitos ini juga secara tidak langsung membuat masyarakat dan wisatawan agar tidak merusak lingkungan. Berikut mitos yang yang pernah ada di Lembah Harau:

  • Pohon kiramaik

Warga masyarakat menyebut pohon ini dengan nama pohon kiramaik atau pohon keramat. Pohon ini merupakan pohon yang dikeramatkan baik itu kerana ukuran pohon tersebut atau suasana yang ada di sekitar pohon. Pohon kiramaik ini terletak jauh di tengah hutan di kawasan Cagar Alam Lembah Harau. Ada pantangan-pantangan yang berhubungan dengan pohon kiramaik ini antara lain, tidak boleh mengambil kayu dan ranting (hidup atau mati) yang berasal dari pohon ini, tidak boleh terlalu dekat dengan pohon. Pantangan ini secara tidak langsung membuat warga dan wisatawan harus menjaga pohon ini sehingga mereka menjadi terbiasa memelihara keberlangsungan pohon ini karena dilarang menebang pohon. Diharapkan dengan adanya pantangan ini tidak hanya pohon kiramaik yang dijaga tetapi juga pohon-pohon lainnya.

  • Waktu talarang

Larangan-larangan itu seperti tidak boleh masuk hutan saat matahari tinggi (saat jam 12), tidak boleh masuk hutan jika hari hampir magrib dan tidak boleh masuk hutan pada hari Jumat. Hal ini menjadi keunikan tersendiri bagi orang yang berkunjung ke sini.

  • Ikan larangan

Lubuk Larangan merupakan lokasi ikan larangan
          Lubuk Larangan merupakan lokasi ikan larangan

Ikan larangan adalah pelarangan pengambilan ikan selain pada hari yang telah ditentukan. Pelarangan ini berlaku pada kawasan tertentu di aliran sungai yang terbentuk akibat adanya air terjun “sarasah” yang terdapat di sekitar kawasan Cagar Alam Lembah Harau. Pengambilan ikan diizinkan pada saat Lebaran Haji, dengan suatu acara seremonial oleh pemuka adat dan agama. Tradisi ini memberikan nilai lebih pada daya tarik di Lembah Harau. 

Dari ketiga bentuk kearifan budaya, hanya ikan larangan yang masih terpelihara. Ini disebabkan sulitnya menangkap atau memancing ikan yang ada, serta sulit menjualnya karena masyarakat telah terbiasa dengan adat tersebut. Hambatan ini menjadikan ikan yang hidup disepanjang aliran larangan tumbuh dengan pesat dan tidak terganggu manusia. Jika mitos-mitos ini coba dihidupkan lagi  maka bisa jadi mewujudkan keberlanjutan dari destinasi dari sisi lingkungan. 

Masyarakat bisa memanfaatkan potensi diatas menjadi paket wisata pendidikan lingkungan alam dalam rangka pelestarian lingkungan. Paket wisata ini menawarkan pendidikan tidak langsung tentang lingkungan hidup kepada wisatwan dan diharapkan dapat mengerti dan sadar akan pentingnya pelestarian dan pengelolaan alam demi kelangsungan hidup saat ini dan generasi mendatang. Contoh paket wisata bisa berupa sistem pertanian organik, proses produksi bibit-bibit organik, dan bentuk pelestarian alam yang dilakukan oleh masyarakat setempat yang masih menjaga nilai dan norma-norma tradisional.

Potensi Seni Budaya

Dibalik kekayaan alamnya, Lembah Harau memiliki beragam seni dan budaya yang potensial untuk dijadikan atraksi wisata. Berikut ini adalah seni dan budaya bisa dihidupkan kembali  :

  • Mando’a di kapalo banda

Mando’a di kapalo banda adalah suatu upacara sebelum turun ke sawah. Upacara ini dimulai dengan kegiatan gotong-royong membersihkan saluran-saluran atau irigasi sampai ke kepala saluran atau gerbang di mana air dibagi-bagi untuk irigasi. Kegiatan ini dilaksanakan pada awal masa bercocok tanam. Pada kesempatan itu semua petani baik itu pemilik dan penggarap berkumpul, bergotong-royong, dan berdoa bersama agar hasil sawah mereka dapat berhasil dan berlimpah. Mando’a di kapalo banda ini dipimpin oleh seorang ulama, yang nantinya membacakan doa-doa permintaan dan harapan agar usaha yang mereka lakukan dalam hal ini bercocok tanam padi di sawah jauh dari mara bahaya. Mando’a di kapalo banda ditutup dengan acara makan bersama.

Pada saat ini Mando’a di kapalo banda tidak pernah dilakukan lagi, kerana sangat sulit mengumpulkan masyarakat yang sibuk dengan kegiatan mencari kehidupan pokok mereka. Acara ritual lain yang berhubungan dengan turun ke sawah di sekitar kawasanpun tidak ada sehingga Mando’a di kapalo banda hanya tinggal cerita yang nantinya menjadi penghias tidur.

Upacara-upacara adat ini dapat dihidupkan kembali agar menjadi daya tarik budaya sehingga wisatawan dapat memperpanjang lama tinggal mereka.  Dengan membuat komunitas masyarakat peduli seni dan budaya daerah mereka dapat menyatukan ide dan menggiatkan kembali kesenian masyarakat.

  • Pertunjukan Seni dan Budaya Tradisional Minang

Pertunjukan ini biasanya terdiri dari seni musik Talempong, tari-tarian, randai dan sebagainya. Talempong merupakan alat musik tradisional minang, bentuk fisiknya mirip dengan bonag pada perangkat Gamelan Sunda.

Warga luhak Lima Puluh Kota Latihan Kesenian Randai Sumber: limapuluhkota.files.wordpress.com
Warga luhak Lima Puluh Kota Latihan Kesenian Randai                      Sumber: limapuluhkota.files.wordpress.com
Pertunjukan Kesenian Randai
                            Pertunjukan Kesenian Randai                                                          Sumber: 1001wisata.com

Dulu pada tahun 2008, kesenian ini pernah menjadi salah satu pertunjukan seni di Lembah Harau. Kegiatan tersebut  memberikan wadah kepada grup seni daerah untuk mengekspresikan kemampuannya. Penampilan seni budaya itu tidak saja menampilkan grup seni yang ada tetapi tak kalah penting penampilan seni budaya dari SLTP dan SLTA yang ada di Limapuluh Kota sebagai wahana penyaluran bakat sekaligus pemberdayaan warga lokal.  Pemberdayaan ini meliputi kegiatan pembinaan bakat siswa berupa kegiatan seni budaya daerah dan disinilah wadah untuk mereka berekspresi, sehingga bisa lebih mencintai budaya lokal daripada budaya luar. Secara bergiliran sekolah lanjutan akan menampilkan paket seni di Lembah Harau sebagai upaya memberikan apresiasi baru di sektor pariwisata. Dengan membentuk sanggar seni maka bakat masyarakat dapat terus ditampung dan budaya bisa diapresiasi sehingga keberadaan seni dan budaya ini bisa tetap lestari. Semoga pertunjukan seni ini bisa digiatkan lagi di Lembah Harau.

Pentingnya Pemberdayaan Masyarakat

Keberadaan lembah ini belum dapat memberikan kontribusi yang signifikan terhadap peningkatan kualitas hidup warga di kawasan ini. Untuk itu dibutuhkan berbagai upaya yang baik dalam merencanakan, mengelola dan memelihara kekayaan alam dan budaya lembah harau agar tidak berkurang daya guna dan hasil gunanya baik bagi masyarakat maupun bagi wisatawan. Jika keadaan berlangsung terus menerus tanpa upaya perbaikan kondisi yang serius dan nyata dari berbagai pihak yang peduli, maka dikuatirkan Lembah Harau akan menjadi objek yang diekploitasi secara berkelanjutan tanpa memberikan kesejahteraan dan pencerahan bagi anak nagari Harau dan sekitarnya.

kegiatan pengajian Masyarakat Lubuak Limpato
Kegiatan pengajian Masyarakat Lubuak Limpato         Sumber: http://koleksifotorank9.blogspot.com/

Tulisan ini mencoba memberikan inspirasi bagi pengelola Lembah Harau agar dapat mewujudkan destinasi wisata yang sustainability namun tetap menekankan partisipasi masyarakat karena pada kenyataannya tingkat kesejahteraan masyarakat di sekitar lokasi yang masih belum relative baik, umumnya penduduk setempat hanya memanfaatkan kawasan ini sebagai lahan pertanian. Belum banyak penduduk yang terlibat dalam pengelolaan dan pemeliharaan objek wisata ini. Hanya beberapa pemuda yang terlibat dalam urusan penjualan tiket dan urusan parkir serta beberapa ibu dan remaja putri yang menjual makanan dan minuman. Partisipasi masyarakat lokal sangat dibutuhkan untuk optimalisasi sumberdaya lokal dan hasilnya bisa dinikmati oleh masyarakat itu sendiri.

Peningkatan kesadaran dan Penghargaan Budaya Lokal

Dalam pendekatan pariwisata konvensional pada umumnya terjadi over commercialisation budaya masyarakat lokal sehingga menimbulkan degradasi terhadap kesakralan budaya dan budaya masyarakat lebih dilihat sebagai obyek yang laku dijual. Dengan adanya pemberdayaan masyarakat maka budaya tidak dijadikan objek namun sangat ditekankan kesetaraan antara masyarakat dengan wisatawan dan berkembangnya budaya sebagai identitas warga lokal  sehingga bisa melestarikan budaya. Masyarakat bisa memberikan penjelasan tentang budaya dan kebiasaan mereka sehingga timbul pengertian dan pemahaman terhadap budaya masyarakat.

Pengelolaan dan Pemberdayaan Masyarakat di  Kawasan Lembah Harau

Pada awalnya pengelolaan pembangunan lembah harau dilakukan oleh BAPPARDA Tingkat 1 Sumatera Barat dengan pembangunan sarana dan prasarana dan kemudian berubah menjadi Kanwil Pariwisata Tingkat 1 Sumatera Barat. Pada tahun 1998, pihak pengelola diserahkan kepada  Gojong Limo Sakato. Pada 27 Februari 2007, pengelolaaan TWA Lembah Harau untuk sementara akan dikelola oleh Kantor Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lima Puluh Kota hingga sekarang. 

Dalam rencana pembentukan partisipasi masyarakat, ada baiknya seorang perencana mengetahui karakteristik masyarakat yang ingin dikembangkan. Untuk mengetahui karakteristik masyarakat di sekitar lembah harau, berikut dapat dilihat gambaran mengenai persentase masyarakat dalam bidang pendidikan:

Tabel: Persentase Penduduk 5 tahun keatas menurut Kabupaten/Kota dan Partisipasi Sekolah 2011-2013

 Lokasi Persentase Masyarakat
Tidak/Belum Pernah Sekolah Masih Sekolah Tidak Sekolah Lagi
2011 2012 2013 2011 2012 2013 2011 2012 2013
Kab. 50 Kota 5,87 6,02 5,66 24,22 25,58 25,46 69,91 68,4 68,87

Sumber: sumbar.bps.go.id

Terlihat dari tabel diatas bahwa masih ada masyarakat yang belum mengenyam pendidikan. Namun dengan nilai-nilai dan pandangan hidup yang mereka jalani mereka mengetahui betapa pentingnya pelestarian dan kontribusi mereka dalam menjaga kelestarian budaya dan lingkungan, namun belum adanya dukungan berupa tindakan nyata.

Dengan melibatkan masyarakat secara aktif dalam kegiatan pariwisata dan pengelolaan kawasan Lembah Harau maka akan meningkatkan partisipasi masyarakat dari proses perencanaan hingga pengawasan program pariwisata di daerahnya. Berikut penjelasannya mengenai tahap-tahap pembentukan partisipasi masyarakat :

  • Partisipasi masyarakat dalam pengembangan

selain Pemerintah Daerah, BKSDA (Badan Konservasi Sumber Daya Alam) juga merupakan pengelola kawasan ini. Jika masyarakat berpartisipasi, maka kerjasama semua stakeholder ini akan membantu  masyarakat termotivasi untuk melaksanakan hal ke tingkat yang lebih baik, masyarakat akan merasa dihargai baik dari sisi pendapat maupun idenya terhadap perkembangan destinasi Lembah Harau. Pemda dan BKSDA dapat membantu dari sisi keilmuan dan informasi penting lainnya terkait keberlanjutan kawasan ini baik dari sisi lingkungan, ekonomi maupun budaya.

  • Partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan

Pembuatan keputusan harus benar-benar berdasarkan pemikiran yang matang. Keputusan yang diambil harus mempertimbangkan segala aspek keberlanjutan lingkungan, sosial budaya dan ekonomi masyarakat namun tidak boleh terlalu memihak ke salah satu kelompok, termasuk masyarakat itu sendiri. 

  • Partisipasi dalam pelaksanaan dan evaluasi

Dalam proses pengelolaan perlu dilakukan pemantauan dan evaluasi agar pelaksanaan dapat berjalan efektif. Semua pihak harus benar-benar ikut terlibat dalam pembagian. Hal ini juga dapat menjadi motivasi masyarakat untuk lebih giat dalam sistem pengembangan dan pengelolaan. Masyarakat dapat menjadikan pariwisata sebagai usaha sampingan.

Setelah menentukan tahap-tahap dalam pembentukan partisipasi, perlu dibentuk wadah masyarakat. Pembentukan wadah merupakan bentuk nyata dari partisipasi masyarakat. Wadah yang dibentuk berupa kelembagaan sebagai tempat melakukan kegiatan-kegiatan pengembangan daya tarik wisata Lembah Harau. Melalui kelembagaan, partisipasi masyarakat dapat dilaksanakan secara terencana dan terorganisasi.

Kelembagaan yang dibentuk berfungsi sebagai tempat pelatihan, pembinaan, forum diskusi, forum pengambilan keputusan, pengamatan, dan evaluasi, dengan peran serta NGO, Pemda dan BKSDA sebagai fasilitator dalam kelembagaan. Hal ini dikarenakan kelembagaan untuk jangka panjang menjadi wadah mandiri masyarakat dalam berpartisipasi. Masyarakat setempat merupakan komunitas yang paling mengetahui kondisi lingkungan setempat, masyarakat sendiri yang akan menentukan bentuk wadah yang dibangun. Peran pemerintah lebih bersifat mengawasi, memfasilitasi, dan mengawal proses.

Semoga saja dengan adanya artikel ini dapat memberikan inspirasi kepada masyarakat, Pemda setempat, pengelola Lembah Harau, NGO untuk mengembangkan partisipasi masyarakat dalam mengembangkan kualitas wisata di Lembah Harau dengan menekankan unsur konservasi dan pelestarian budaya dan lingkungan.

Semoga pemberdayaan masyarakat lembah harau dapat segera terwujud,  Kegiatan Pariwisata dari Rakyat, Oleh Rakyat, dan Untuk Rakyat ♥

*Gambar tanpa Sumber : Dok. Pribadi, 2015

2 thoughts on “LEMBAH HARAU “The Hidden Paradise” Membangun Keindahan Bersama Masyarakat

  1. salam from Malaysia. Saya baru sahaja ke Lembah Harau untuk 1 malam sahaja and i am loving it! melalui blog ini ternyata banyak sekali yang boleh dilakukan di sini, kerana saya juga sudah merancang untuk kembali dan tidur di sini 2-3 malam.

    Like

    1. Salam kenal, happy to see you visited Harau.. Kalau kembali ke harau cobalah sehari sebelum bulan ramadan, banyak culture event seperi mandi balimau disana selepas tu jngan lupa wisata ke Kerinci, ada gunung api tertinggi di Indonesia n danau kaca yg belum bisa diukur kedalamannya di sana.. Hope to see you in Harau

      Like

Leave a comment